Yuk Belajar: Belajar di Waktu Kecil Bagaikan Mengukir di Atas Batu, Belajar di Waktu Besar Bagaikan Mengukir di Atas Air >> Yuk Belajar: Tuntutlah Ilmu Dari Buaian Hingga Liang Lahat

Selasa, 21 Mei 2019

Apa Sajakah Macam-Macam Aksara Sunda??

Question:

Pertanyaan dari Viva tentang AKSARA SUNDA
Sebutkeun macam - macam dalam Aksara Sunda!!

Answer:

Aksara Sunda adalah huruf huruf atau abjad yang digunakan masyarakat sunda terutama pada masa peradaban kuno, Aksara Sunda telah mengalami banyak revolusi dan perubahan perubahan seiring berjalannya waktu dan bergantinya masa, kini Aksara Sunda telah dibakukan dengan sistem penulisannya yang baru

Kemunculan Aksara Sunda dan aksara aksara lainnya di wilayah Nusantara khususnya di Indonesia, bermula dari masuknya aksara brahmi ke wilayah asia, kemudian berevolusi menjadi aksara pallawa, inilah yang menjadi cikal bakal aksara aksara lokal di Indonesia

Dari Aksara Pallawa, berevolusi menjadi aksara kawi dan digunakan hampir di seluruh wilayah nusantara, kemudian nusantara yang terdiri dari kerajaan kerajaan ingin memiliki identitasnya masing masing, dengan ciri khas yang membedakan antara satu golongan dengan golongan lainnya

Maka terbentuklah aksara Sunda sebagai identitas dan jati diri masyarakat Sunda pada peradaban kuno dahulu

Adapun aksara Sunda itu sendiri juga ada banyak macam macamnya, masyarakat Sunda bukan hanya menggunakan satu jenis aksara saja melainkan beberapa jenis aksara pernah digunakan, berikut ini macam macam aksara Sunda:

  1. Aksara Buda: aksara ini digunakan oleh orang Sunda, dapat ditemui dalam naskah sang hyang siksa kandang karesian. Aksara ini dahulu digunakan di Pulau Jawa. Jenis aksara ini dinamakan aksara Buda karena dianggap berasal dari zaman pra-Islam yang atau Zaman Buda. Kata Buda berdasarkan kata Buddha. Naskah-naskah yang berisikan tulisan menggunakan aksara Buda biasa ditemukan di daerah pegunungan. Karena itu jenis aksara ini juga disebut dengan istilah "Aksara Gunung"
  2. Aksara Cacarakan: aksara ini mengadaptasi bentuk dari aksara Jawa namun secara sistem penulisan, ia berbeda dengan aksara Jawa
  3. Aksara Sunda Kawali: aksara Sunda kawali adalah aksara yang digunakan pada era kawali, aksara ini banyak digunakan pada prasasti-prasasti dan piagam (serta naskah) jaman kerajaan Sunda (yang tertua ditemukan pada prasasti Kawali abad XIV)
  4. Aksara Sunda Carita Ratu Pakuan: Naskah Carita Ratu Pakuan berasal dari kropak 410 di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yang sekarang berada di Museum Sri Baduga Bandung. Naskah atau Catur Rangga ini ditulis oleh pujangga Sunda yaitu "Kai Raga".
  5. Aksara Sunda Baku: yaitu aksara Sunda yang telah diresmikan untuk digunakan secara serempak, yang pada saat ini digunakan adalah aksara Sunda baku

Simak juga penjelasan saya di Brainly - https://brainly.co.id/tugas/10361462
Dan ikuti pula pembelajaran saya yang lain di Brainly Nur Wachid (Teaching Assistant)

Kata Indungna dalam Aksara Sunda

Question:

Pertanyaan dari Revalina Ramadhani tentang Aksara Sunda
Bagaimana penulisan Aksara Sunda dari kata "Indungna"??

Answer:

Aksara Sunda adalah huruf huruf atau abjad yang digunakan masyarakat sunda terutama pada masa peradaban kuno, Aksara Sunda telah mengalami banyak revolusi dan perubahan perubahan seiring berjalannya waktu dan bergantinya masa, kini Aksara Sunda telah dibakukan dengan sistem penulisannya yang baru.

Pembahasan
Buatlah contoh kata "indung na" menggunakan Aksara Sunda

Ada dua cara menuliskan aksara Sunda, yang pertama menggunakan huruf gantungan sebagai pemati huruf sebelumnya, atau yang kedua menggunakan pamaeh, sebuah rarangken (tanda baca) yang digunakan untuk mematikan huruf hidup dalam aksara sunda. Lihat contoh di bawah ini
ᮄᮔ᮫ᮓᮥᮀᮔ

Indungna
ᮄᮔ᮪ᮓᮥᮀᮔ

Indungna

Demikianlah penjelasan singkat mengenai penulisan Aksara Sunda untuk kata "indungna". Semoga dapat menjadi manfaat dan berguna bagi tujuan penelitian

Aksara Jawa Modern: KBJ 1996 (PDF)

ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦗꦮ ꧇꧑꧙꧙꧖꧇ ꦏ꧈ꦧ꧈ꦗ꧉

Salah satu harapan yang diamanatkan oleh keputusan Kongres Bahasa Jawa 1991 ialah agar pada Kongres Bahasa Jawa 1996 telah disusun dan dibakukan pedoman ejaan Bahasa Jawa dengan huruf Jawa. Melalui proses pembicaraan yang panjang, pedoman ejaan yang dimaksudkan itu kini telah dapat diwujudkan bersamaan dengan dimulainya penyelenggaraan Kongres Bahasa Jawa 1996 di Batu Malang. Buku pedoman itu diharapkan dapat dijadikan pegangan dalam penulisan bahasa Jawa dengan huruf Jawa bagi masyarakat pemakai bahasa Jawa, baik yang berada di Daerah lstimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur maupun yang berada di luar ketiga daerah itu.

Buku pedoman ejaan tersebut disusun dengan berbagai perubahan atas pedoman lama yang sudah lama pula digunakan. Dengan berbagai perubahan itu dimaksudkan agar pedoman ejaan yang baru itu menjadi lebih sederhana dalam arti lebih mudah diterapkan dalam penulisan dengan huruf Jawa, terutama bagi generasi muda. Oleh karena itu, penyusunan pedoman ejaan baru itu juga bertujuan agar generasi muda tidak semakin menjauhi huruf Jawa.

Hal yang perlu disadari ialah bahwa penggantian pedoman ejaan lama dengan pedoman ejaan baru dalam suatu bahasa merupakan hal yang wajar. Bahasa Indonesia pun telah beberapa kali mengalami pergantian pedoman ejaan semacam itu. Merupakan hal yang wajar pula apabila pada tahap awal berlakunya pedoman ejaan yang baru itu, banyak hambatan yang akan dihadapi.

Akhirnya, mudah-mudahan buku pedoman ejaan yang baru itu dapat menggairahkan kegiatan tulis-menulis dengan huruf Jawa bagi masyarakat pemakai bahasa Jawa, terutama bagi generasi muda.

 Yogyakarta, 22 Oktober 1996
Kepala Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta

Drs Suwadji
--------------------------
Untuk dapat mempelajari Pedoman Aksara Jawa dengan ejaan baru tahun 1996 ini, silahkan mengunduh bukunya berupa e_book pdf

Direktori Aksara Sunda untuk Unicode (PDF)

Image result for aksara sunda wallpaper

ᮃᮊ᮫ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮫ᮓ ᮚᮥᮔᮤᮊᮧᮓ᮪

Buku Direktori Aksara Sunda untuk Unicode ini disusun sebagai sebuah direktori yang menghimpun keterangan tentang latar belakang, Aksara Sunda, Aksara Sunda Standar, Unicode Aksara Sunda, dan hal-hal lain yang penting terkait Unicode Aksara Sunda

Penyusunan buku Direktori Aksara Sunda untuk Unicode adalah kegiatan tak terpisahkan dari rangkaian kegiatan terkait dari BPBD tahun 2008 dalam rangka Unicode Aksara Sunda, yang diawali dengan seminar terkait dan diakhiri oleh peluncuran buku tersebut. Untuk itu, BPBD Diknas Provinsi Jawa Barat telah menetapkan sebuat tim yang terdiri dari berbagai kalangan, baik ahli di bidang aksara Sunda, maupun mereka yang kompoten di bidang teknologi informasi dan berpengalaman mengkoordinasi sebuah tim. 

Buku ini menghimpun proses dan keterangan tentang Unicode Aksara Sunda untuk mengoptimalkan implementasi status Aksara Sunda yang saat ini sudah resmi diakui oleh Unicode. Dengan telah diakuinya aksara Sunda oleh Unicode, dan kelengkapan-kelengkapan dalam rangka implementasinya berhasil disusun dan dikembangkan, maka dapat diharapkan sejumlah manfaat berkenaan dengan aksara Sunda dan teknologi informasi. Manfaat tersebut antara lain: Pertama, aksara Sunda menjadi sejajar dengan aksara tradisi etnis atau bangsa lain di seluruh dunia dalam hal: mendapat pengakuan Unicode, dapat diakses melalui internet, dan berpeluang lebih besar untuk dikenal oleh masyarakat global. Kedua, menyediakan sumber pengetahuan tentang Aksara Sunda di internet. Ketiga, memberikan sebuah sarana untuk tujuan pengajaran dan sebagai langkah yang lebih maju dalam hal pewarisan budayaan. Keempat, dapat dikembangkan menjadi suatu piranti yang lebih unggul dan mudah digunakan oleh siapapun guna penelitian naskah-naskah kuno dan artefak sejarah lainnya yang menggunakan Aksara Sunda. Kelima, menyediakan bahan pengembangan yang lebih luas dalam khazanah komputerisasi bahasa (computational linguistics) yang akan semakin diperlukan di masa depan. 

Akhir kata, atas nama tim penyusun Direktori Aksara Sunda untuk Unicode, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kegiatan ini. Semoga kegiatan ini dan hasil-hasilnya menjadi cikal bakal upaya-upaya pemeliharaan bahasa, sastra dan aksara daerah dalam ruang lingkup dan manfaat yang lebih luas lagi.

Bandung, September 2008
Ir. Oman Abdurahman
Ketua Tim Pelaksana

---------------------------

Silahkan mengunduh buku tersebut berupa e_book pdf dengan menekan tombol di bawah ini

Aksara Sunda Baku


ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ
Aksara Sunda adalah huruf huruf atau abjad yang digunakan masyarakat Sunda terutama pada masa peradaban kuno, Aksara Sunda telah mengalami banyak revolusi dan perubahan perubahan seiring berjalannya waktu dan bergantinya masa, kini Aksara Sunda telah dibakukan dengan sistem penulisannya yang baru

Kemunculan Aksara Sunda dan aksara aksara lainnya di wilayah Nusantara khususnya di Indonesia, bermula dari masuknya Aksara Brahmi ke wilayah Asia, kemudian berevolusi menjadi aksara pallawa, inilah yang menjadi cikal bakal aksara aksara lokal di Indonesia

Dari Aksara Pallawa, berevolusi menjadi aksara kawi dan digunakan hampir di seluruh wilayah nusantara, kemudian nusantara yang terdiri dari kerajaan kerajaan ingin memiliki identitasnya masing masing, dengan ciri khas yang membedakan antara satu golongan dengan golongan lainnya

Maka terbentuklah aksara Sunda sebagai identitas dan jati diri masyarakat Sunda pada peradaban kuno dahulu. Adapun Aksara Sunda Baku pada dasarnya adalah hasil penyesuaian Aksara Sunda Kuno yang digunakan untuk merekam Bahasa Sunda kontemporer, dibakukan sehingga lebih mudah untuk dibaca dan diaplikasikan dalam kehidupan modern seperti sekarang namun tetap mengikuti pola dan bentuk huruf pada Aksara Sunda Kuno. Kini Aksara Sunda Baku juga disebut dengan istilah Aksara Sunda.

A. Aksara Ngalagêna (ᮃᮊ᮫ᮞᮛ ᮍᮜᮌᮨᮔ)

Aksara Ngalagena (ᮃᮊ᮫ᮞᮛ ᮍᮜᮌᮨᮔ) adalah huruf dasar dalam Aksara Sunda, setiap huruf dalam Aksara Sunda menunjukkan sebuah suku kata dengan bunyi vokal "a" yang dapat berubah dengan tanda baca atau rarangken. Berikut ini adalah tabel pemaparan Aksara Ngalagena Sunda
ka
ga
nga
ca
ja
nya
ta
da
na
pa
ba
ma
ya
ra
la
wa
sa
ha
fa
va
qa
xa
za
kha
sya
Contoh penggunaan Aksara Ngalagena dalam sebuah kalimat, perhatikan tulisan di bawah ini
  • ᮔᮙ ᮞᮚ ᮛᮊ = Nama saya Raka
  • ᮏᮚ ᮊᮚ ᮘᮠᮞ = Jaya kaya bahasa
  • Dan masih banyak lagi contoh - contoh lainnya

B. Rarangkén (ᮛᮛᮀᮦᮊᮔ᮪)

Rarangken adalah tanda baca atau diakritik yang ditempatkan pada Aksara Ngalagena sehingga akan merubah bunyi vokalnya. Berdasarkan fungsinya, rarangken terbagi menjadi tiga, di antaranya adalah;
  • Pertama: mengubah bunyi vokal pada Aksara Ngalagena (7 buah)
  • Kedua: menambahkan bunyi pada akhiran Aksara Ngalagena (3 buah)
  • Ketiga: menyisipkan bunyi di antara bunyi vokal Aksara Ngalagena (5 buah)
Adapun berdasarkan letaknya, rarangken juga dikelompokkan menjadi tiga golongan, di antaranya adalah;
  • Pertama: rarangken di atas huruf (5 buah)
  • Kedua: rarangken di samping / sejajar dengan huruf (5 buah)
  • Ketiga: rarangken di bawah huruf (5 buah)
Jadi keseluruhan rarangken dalam Aksara Sunda semuanya ada 15. Berikut ini adalah penjabaran tentang ke-15 rarangken tersebut dalam sebuah rangkuman singkat
Ngalagena
ka
Panghulu
ᮊᮤ
ki
Panyiku
ᮊᮥ
ku
Pamepet
ᮊᮨ
ke
Paneuleung
ᮊᮩ
keu
Panéléng
ᮊᮦ
ké
Panolong
ᮊᮧ
ko
Panyecek
ᮊᮀ
kang
Panglayar
ᮊᮁ
kar
Pangwisad
ᮊᮂ
kah
Panyakra
ᮊᮢ
kra
Pamingkal
ᮊᮡ
kya
Panyiku
ᮊᮣ
klu
Ligatur wa
ᮊᮭ
kwa
Ligatur ma
ᮊᮬ
kma
Pamaeh
ᮊ᮪
k (huruf mati)
Catatan: Untuk ligatur wa dan ligatur ma adalah rarangken dari sistem tata tulis Aksara Sunda Kuno yang direkam oleh Unicode. Adapun pada tata tulis Aksara Sunda Baku, kedua rarangken tersebut tidak digunakan

Ada pula huruf - huruf dari Aksara Sunda Kuno yang juga telah direkam dalam unicode, huruf - huruf tersebut seolah telah menyatu dengan rarangkén sehingga meskipun ia dikatakan huruf dasar (ngalagena), tetapi ia dilafalkan dengan bunyi vokal khusus, tidak seperti Aksara Ngalagena biasa yang hanya berbunyi "a". Meskipun huruf - huruf tersebut telah direkam dalam unicode, namun tidak digunakan dalam sistem penulisan Aksara Sunda Baku. Berikut ini adalah huruf - huruf kuno tersebut;
reu
leu
bha
-k
ᮿ
-m
Agar lebih memahami penggunaan rarangken, simak contoh kalimat di bawah ini;

ᮘᮥᮓᮤ ᮕᮨᮁᮌᮤ ᮊᮨ ᮞᮨᮊᮧ ᮜᮂ ᮞᮨᮒᮡᮕ᮪ ᮠᮛᮤ
Budi pergi ke sekolah setiap hari

-- PAMAEH --

Ada beberapa kesalahan yang terkadang atau bahkan sering terjadi dalam kepenulisan Aksara Sunda. Sebagai pengingat untuk menghindari terjadinya kekeliruan, berikut ini adalah ilustrasi contoh yang salah beserta pembenarannya;
SALAH
BENAR
Latin
ᮛ᮪
ᮠᮁᮌ
Harga
ᮍ᮪ᮊᮤ
ᮒᮀᮊᮤ
Tangki
ᮠ᮪
ᮎᮂᮚ
Cahya
Pamaéh TIDAK AKAN BERFUNGSI jika digunakan pada konsonan RA, NGA, HA. Karena RA, NGA, dan HA sudah tergantikan oleh PANGLAYAR, PANYECEK, PANGWISAD, terkecuali BOLEH digunakan untuk penulisan Singkatan. Seperti misalnya adalah RSU (ᮛ᮪.ᮞ᮪.ᮅ) dan H. Sadar (ᮠ᮪. ᮞᮓᮁ)

-- LIGATUR --

Ligatur atau disebut juga dengan aksara pasangan, adalah huruf yang menggantung di bawah aksara lainnya. Fungsi ligatur sama seperti pamaeh, yaitu mematikan huruf yang sedang menjadi tempat menggantungnya. Berikut ini beberapa contoh huruf ligatur atau huruf pasangan dalam Aksara Sunda;
PAMAEH
LIGATUR
Latin
ᮘᮔ᮪ᮓᮥᮀ
ᮘᮔ᮫ᮓᮥᮀ
Bandung
ᮞᮙ᮪ᮕᮥᮛᮞᮥᮔ᮪
ᮞᮙ᮫ᮕᮥᮛᮞᮥᮔ᮪
Sampurasun
ᮛᮙ᮪ᮕᮦᮞ᮪
ᮛᮙ᮫ᮕᮦᮞ᮪
Rampes
ᮃᮊ᮪ᮞᮛ
ᮃᮊ᮫ᮞᮛ
Aksara
ᮔᮨᮕᮀᮊᮩᮔ᮪ ᮞᮤᮙ᮫ᮊᮥᮛᮤᮀ ᮒᮤ ᮘᮔ᮫ᮓᮥᮀ
nepangkeun simkuring ti Bandung

C. Aksara Swara (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮭᮛ)

Aksara suara/swara (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮭᮛ) disebut pula huruf vokal atau huruf hidup dalam Aksara Sunda. Fungsi aksara suara sama seperti fungsi huruf vokal dalam Aksara Latin, ia dapat berdiri sendiri tanpa adanya huruf konsonan. Berikut ini adalah aksara suara dalam Aksara Sunda:
a
i
u
é
eu
e
o

AVAGRAHA ()

Avagraha (ᮺ) adalah simbol atau semacam rarangken yang berfungsi memperpanjang suara vokal, misalnya adalah salaam / salām dituliskan dengan menggunakan avagraha maka akan menjadi seperti berikut ini: ᮞᮜᮺᮙ᮪ / ᮞᮜᮺᮿ. Fungsi kedua dari avagraha adalah mematikan sebuah huruf akhir dalam suatu kata dan menyambungkannya dengan aksara swara "a" pada awal kata berikutnya, dapat dikatakan bahwa avagraha ini menghubungkan dua kata sekaligus. Avagraha sebetulnya merupakan simbol atau rarangken dari Aksara Sunda kuno, dan TIDAK DIGUNAKAN dalam sistem penulisan Aksara Sunda Baku. Namun penjabarannya akan tetap saya cantumkan pada tabel di bawah ini;
PAMAEH
AVAGRAHA
Latin
ᮃᮜᮥᮔ᮪ ᮃᮌᮥᮀ
ᮃᮜᮥᮔᮌᮥᮀ
Alun
Agung
ᮊᮤᮒ ᮃᮊᮔ᮪
ᮊᮤᮒᮊᮔ᮪
Kita
Akan
ᮙᮧ ᮘᮤᮜ᮪ ᮃᮘᮀ
ᮙᮧ ᮘᮤᮜᮘᮀ
Mobil
Abang
Meskipun demikian, avagraha tidak digunakan dalam sistem penulisan Aksara Sunda Baku. Sebagaimana huruf kuno pada tabel sebelumnya, avagraha direkam dan dicatat dalam unicode untuk mengabadikan bentuk daripada huruf kuno dalam Aksara Sunda Kuno

D. Angka

Aksara angka digunakan untuk menunjukkan sebuah bilangan, sama halnya dengan angka pada aksara latin, dalam Aksara Sawa, sebuah bilangan angka diapit dengan dua garis vertikal atau dua tanda pipa |...| di kiri dan kanannya. Berikut adalah Aksara Angka 1 sampai dengan 0;
|᮱|
1
|᮲|
2
|᮳|
3
|᮴|
4
|᮵|
5
|᮶|
6
|᮷|
7
|᮸|
8
|᮹|
9
|᮰|
0
Contoh penulisan Angka:
|᮱᮹᮹᮶|
1996
|᮲᮰᮱᮹|
2019
|᮲᮱᮰|
210

E. Sekilas Praktek

ᮕᮓ ᮠᮛᮤ ᮙᮤᮀᮌᮥ ᮊᮥᮒᮥᮛᮥᮒ᮪ ᮃᮚᮂ ᮊᮨ ᮊᮧ ᮒ ᮙᮨᮔᮄᮊᮤ ᮊᮨᮛᮦᮒ ᮊᮥᮓ ᮞᮨᮠᮁᮌ |᮲᮰᮰᮰| ᮛᮥᮕᮡᮂ
Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota, menaiki kereta kuda seharga 2000 Rupiah

F. Contoh-Contoh Lainnya

  1. ᮄᮘᮥ ᮙᮨᮔ᮪ᮎᮥᮎᮤ ᮘᮏᮥ ᮓᮨᮍᮔ᮪ ᮙᮨᮞᮤᮔ᮪ ᮎᮥᮎᮤ
  2. Ibu mencuci baju dengan mesin cuci
    .
  3. ᮒᮥᮜᮤᮞᮔ᮪ ᮄᮔᮤ ᮘᮌᮥᮞ᮪ ᮞᮨᮊᮜᮤ
  4. Tulisan ini bagus sekali
    .
  5. ᮞᮨᮙᮤᮔᮁ ᮄᮒᮥ ᮓᮤᮜᮊ᮫ᮞᮔᮊᮔ᮪ ᮓᮤ ᮌᮨᮓᮥᮀ ᮞᮨᮁᮘ ᮌᮥᮔ
  6. Seminar itu dilaksanakan di gedung serba guna
    .
  7. ᮊᮨᮙᮛᮤᮔ᮪ ᮃᮊᮥ ᮞᮨᮙ᮫ᮕᮒ᮪ ᮘᮨᮁᮊᮥᮔ᮪ᮏᮥᮀ ᮊᮨ ᮛᮥᮙᮂᮑ
  8. Kemarin aku sempat berkunjung ke rumahnya
    .
  9. ᮕᮙᮔ᮪ ᮙᮨᮙ᮪ᮘᮝ ᮇᮜᮦᮂ ᮇᮜᮦᮂ ᮓᮛᮤ ᮞᮨᮙᮛᮀ
  10. Paman membaca oleh - oleh dari Semarang
    .
  11. ᮠᮛᮤ ᮄᮔᮤ ᮊᮤᮒ ᮃᮊᮔ᮪ ᮘᮨᮁᮝᮤᮞᮒ ᮊᮨ ᮏᮧ ᮌ᮫ᮏᮊᮁᮒ
  12. Hari ini kita akan berwisata ke Yogyakarta
Demikianlah penjelasan singkat tentang Aksara Sunda Baku yang diadaptasi dari bentuk dan tata tulis Aksara Sunda Kuno, adapun penjelasan lebih lanjut tentang sejarah, fungsi, maksud dan tujuan, serta hal - hal lainnya tentang Aksara Sunda dapat dilihat dalam buku digital (e_book) Direktori Aksara Sunda Untuk Unicode yang telah dipublikasi pada kesempatan yang lalu.

Senin, 20 Mei 2019

Niti Aksara Jawa (PDF)

ꦤꦶꦠꦾꦏ꧀ꦰꦫꦗꦮ

NITI AKSARA JAWA
Oleh: Setya Amrih Prasaja, S.S
(Guru Bahasa Daerah SMAN 2 Bantul)

Tulisan ini berjudul Nityākṣara Jawa, adapun pemberian judul apabila diartikan secara harfiah maka, Niti (ꦤꦶꦠꦶ) artinya pengetahuan, Aksara (ꦄꦏ꧀ꦰꦫ) artinya tulisan. Tulisan ini sedikit banyak akan membahas aksara Jawa mulai dari tata penulisan yang lazim digunakan pada kropak rontal-rontal kakawin maupun kidung Jawa Kuna dengan Aksara Kawi (ᩋᨠ᩠ᩇᩁᨠᩅᩥ), tata penulisan Sriwedari tahun 1926, adapun tata penulisan aksara Jawa hasil Konggres Bahasa Jawa II Malang 1996, dan Keputusan tiga Gubernur, JATENG, DIY, serta JATIM tahun 2002 tidak dibahas dalam tulisan ini.

Tulisan sederhana ini sebagai media untuk memudahkan kita memahami tata penulisan aksara Jawa dari masa lalu sehingga masa sekarang. Mengapa begitu penting untuk diangkat kembali, salah satunya tentu sebagai media pengingat untuk kita bersama, khususnya bagi orang Jawa, bahwa aksara Jawa merupakan bagian yang seharusnya tidak bisa dipisahkan dengan bahasa Jawa. Sebagaimana aksara Kanji dan bahasa China, maupun Jepang, bahasa Arab dengan Hijaiyahnya, dan lain sebagainya. Selain daripada itu, tulisan ini juga sebagai bentuk penghargaan atas berhasilnya aksara Jawa masuk dalam database unicode untuk aksara-aksara sedunia, sehingga dirasa perlu untuk sesering mungkin, atau kalau bisa aksara Jawa mulai kita bangunkan dari mati suri yang berkepanjangan ini.

Dengan terdaftarnya aksara Jawa dalam unicode, maka membuat aksara Jawa bisa dengan leluasa digunakan pada perangkat perangkat digital, seperti PC, Netbook, Tablet, Gadget. Sehingga impian sebagian masyarakat Jawa untuk bisa mengetik aksara Jawa pada perangkat digital mereka semakin mudah, kita bisa menimati sms dengan menggunakan aksara Jawa, bbm dengan aksara Jawa, dan masih banyak lagi.

Dengan mempelajari aksara Jawa dengan seksama, tentunya akan sangat penting untuk menghindarkan carut marutnya penulisan-penulisan bahasa Jawa dalam aksara Latin, seperti yang berserak di kalangan masyarakat Jawa, baik dari kalangan elite, sebagian akademisi, para kaum golongan jurnalis, maupun masyarakat Jawa pada umumnya. Tentu saja hal itu terjadi bagai tak terbendung, karena selama ini bahasa Jawa yang memiliki sistem alphabetik atau aksara sendiri justru lebih menikmati meminjam aksara Latin, ketimbang mencoba untuk tetap memadukan aksaranya sendiri, hal yang tidak pernah akan terjadi pada bahasa Arab dan huruf Hijaiyahnya, China dengan Kanji, bahasa Thai dengan aksara Thai, dan bahasa-bahasa yang hadir dengan sistem alphabetik selain Latin.

Semoga sedikit pengetahuan tentang aksara Jawa ini, bisa membuka pikiran, dan memperluas wacana kita tentang aksara Jawa, yang seharusnya menjadi aksara resmi dari bahasa Jawa.

Dakshina Sagara, akhir tahun 2014
Setya Amrih Prasaja, S.S
--------------------------------------------------

Untuk dapat mempelajari Pengetahuan Aksara Jawa ini, dapat diunduh bukunya berupa e_book melalui tombol di bawah ini

Download
Niti Aksara Jawa PDF
Ukuran : 615 KB

Kamis, 02 Mei 2019

Aksara Jawa (Mardikawi)


ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦗꦮ
Seiring berkembangnya zaman dan bergantinya waktu, manusia mengalami banyak sekali kemajuan, dari yang sebelumnya belum mengenal aksara (pra-sejarah) sampai dibuatnya aksara untuk merekam peristiwa-peristiwa dan menyampaikan pesan-pesan secara tertulis, sehingga dengan begitu akan dapat dipahami oleh siapa saja bahkan oleh ribuan generasi ke depannya.

Di Indonesia, aksara latin pun telah mengalami perubahan, yaitu sebelumnya menggunakan ejaan yang belum disempurnakan (ejaan van ophuijsen),[1] kemudian berkembang menjadi ejaan suwandi, dan akhirnya jadilah ejaan EYD yang digunakan pada saat ini.

Begitu pula dengan Aksara Jawa (ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦗꦮ), setidaknya Aksara Jawa telah mengalami tiga kali perubahan. "Ejaan" dalam istilah bahasa jawa disebut dengan "paugeran", paugeran Aksara Jawa yang diajarkan pada saat ini di sekolah-sekolah adalah paugeran KBJ (Kongres Basa Jawa), namun paugeran ini dinilai terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Para budayawan, sejarawan, dan ahli arkeologi lebih suka Aksara Jawa dengan paugeran kuno, yaitu paugeran aslinya. Sebabnya tak lain dikarenakan prasasti-prasasti kuno ditulis dengan menggunakan paugeran ini, yaitu Paugeran Mardikawi (ꦩꦫ꧀ꦢ꧀ꦢꦶꦏꦮꦶ) yang diadaptasi dari sistem tata tulis Aksara Kawi (ᩋᨠ᩠ᩇᩁᨠᩅᩥ), adapun pada naskah-naskah yang ditulis dalam bentuk lontar maupun jilid buku sebagiannya menggunakan Paugeran Sriwedari (ꦱꦿꦶꦮꦺꦢꦫꦶ). Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan secara ringkas tentang Aksara Jawa dengan Paugeran Mardikawi maupun Sriwedari

A. Aksårå Nglêgênå (ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦔ꧀ꦭꦼꦒꦼꦤ)

Aksara Nglegena artinya aksara-aksara yang masih sendiri, tidak berpakaian, atau tidak memiliki sandhangan.
Pada Paugeran Mardikawi (ꦩꦫ꧀ꦢ꧀ꦢꦶꦏꦮꦶ) semua huruf tergolong dalam nglegena dan tidak mengenal aksara murda atau yang biasa dikenal dengan huruf kapital, prinsip mardikawi serupa dengan aksara-aksara internasional lainnya, seperti aksara Kanji (Cina & Jepang), Hijaiyyah (Arab), Hangeul (Korea), Russia, dan lain-lainnya. Semua huruf memiliki tempat dan cara pengucapannya sendiri tanpa membeda-bedakan dengan predikat kapital.
꧀ꦏ

ka
꧀ꦑ

kha
꧀ꦒ

ga
꧀ꦓ

gha
꧀ꦔ

nga
꧀ꦕ

ca
꧀ꦖ

cha
꧀ꦗ

ja
꧀ꦙ

jha
꧀ꦚ

ña
꧀ꦛ

ṭa
꧀ꦜ

ṭha
꧀ꦝ

ḍa
꧀ꦞ

ḍha
꧀ꦟ

ṇa
꧀ꦤ

na
꧀ꦠ

ta
꧀ꦡ

tha
꧀ꦢ

da
꧀ꦣ

dha
꧀ꦥ

pa
꧀ꦦ

pha
꧀ꦧ

ba
꧀ꦨ

bha
꧀ꦩ

ma
꧀ꦪ

ya
꧀ꦫ

ra
꧀ꦭ

la
꧀ꦮ

wa
꧀ꦯ

sya
꧀ꦰ

ṣa
꧀ꦱ

sa
꧀ꦉ

ꦘ   ꧀ꦘ

jña
ꦐ   ꧀ꦐ

qa
꧀ꦲ

ha
   ꧀ꦬ

lra
ꦤꦾ   ꧀ꦤꦾ

nya
   ꧀ꦭꦼ

   ꧀ꦭꦼꦴ

lêu
Contoh penggunaan Aksara Nglegena dalam sebuah kalimat adalah:
  1. ꦤꦩꦱꦪꦲꦤ = Nama saya Hana
  2. ꦥꦥꦏꦪꦫꦪ = Papa kaya raya
  3. dan lain-lainnya

Menggunakan Pasangan

Pada tabel Aksara Nglegena di atas, ada dua aksara yang ditulis dengan warna hitam dan merah, aksara yang tertulis dengan warna merah adalah Aksara Pasangan. Karena Aksara Jawa ditulis dengan tanpa menggunakan spasi, dan juga tidak diperkenankan untuk menggunakan sandhangan pangku atau biasa juga disebut pangkon ( ꧀), maka aksara pasangan digunakan untuk menggantikan fungsi daripada sandhangan pangku tersebut. Berikut ilustrasi penggunaan aksara pasangan dalam huruf jawa;
Contoh Yang SalahContoh Yang Benar
ꦩꦚ‌ꦗ

Manja
ꦩꦚ꧀ꦗ

Manja
Contoh penulisan Aksara Nglegena berpadu dengan pasangannya;
  1. ꦧꦥꦏ꧀ꦱꦪ = Bapak saya
  2. ꦥꦲꦭꦲꦩ꧀ꦧ = Pahala hamba
  3. ꦩꦱꦏꦤ꧀ꦩꦩꦩꦤ꧀ꦠꦥ꧀ = Masakan mama mantap
Dan masih banyak lagi contoh lainnya

B. Sandhangan (ꦱꦤ꧀ꦢꦔꦤ꧀)

Sandhangan (ꦱꦤ꧀ꦢꦔꦤ꧀) adalah sejenis aksara yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan tanda baca (atau semacam harokat pada aksara hijaiyyah) yang selalu digunakan bersama dengan aksara dasar. Berikut adalah tabel sandhangan dalam paugeran mardikawi

ka


ki


ꦼꦴ

kêu

ku



kai

ko

kau

k

kang

kah

rka
ꦏꦿ

kra
ꦏꦿꦸ

kru

krê

kya
Contoh kalimat dengan menggunakan tanda baca / sandhangan
ꦧꦸꦝꦶꦥꦼꦫ꧀ꦒ꧀ꦒꦶꦏꦼꦱꦼꦏꦺꦴꦭꦃꦱꦼꦠꦾꦥ꧀ꦲꦫꦶ
Budi pergi ke sekolah setiap hari

C. Aksara Swara (ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦱ꧀ꦮꦫ)

Aksara suara/swara (ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦱ꧀ꦮꦫ) disebut pula huruf vokal/huruf hidup dalam Aksara Jawa. Fungsi aksara suara sama seperti fungsi huruf vokal dalam aksara Latin, ia dapat berdiri sendiri tanpa adanya huruf konsonan. Berikut ini adalah aksara suara dalam Aksara Jawa:


a


i


i


ī


u


e
ꦄꦼ

ê


o


ai
ꦎꦴ

au
Berikut ini adalah contoh kata yang mengandung Aksara Swara:
ꦭꦠ꧀ = Alatꦏꦺꦴꦫ꧀ = Ekor
ꦏꦤ꧀ = Ikanꦫꦁ = Orang
ꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀= Untukꦎꦴꦫꦠ꧀ = Aurat


D. Angka

Aksara angka digunakan untuk menunjukkan sebuah bilangan, sama halnya dengan angka pada aksara latin, dalam Aksara Jawa, sebuah bilangan angka diapit dengan dua tanda titik (꧇) di kiri dan kanannya. Berikut adalah Aksara Angka 1 sampai dengan 0.
꧇꧑꧇

1
꧇꧒꧇

2
꧇꧓꧇

3
꧇꧔꧇

4
꧇꧕꧇

5
꧇꧖꧇

6
꧇꧗꧇

7
꧇꧘꧇

8
꧇꧙꧇

9
꧇꧐꧇

0
Contoh penulisan angka:
꧇꧑꧙꧙꧖꧇
1996
꧇꧒꧐꧑꧙꧇
2019
꧇꧒꧑꧐꧇
210

E. Sekilas Praktek

ꦥꦝꦲꦫꦶꦩꦶꦔ꧀ꦒꦸꦏꦸꦠꦸꦫꦸ

ꦪꦃꦏꦼꦏꦺꦴꦠ

ꦩꦼꦤꦻꦏꦶꦏꦼꦫꦺꦠ

ꦏꦸꦝꦱꦼꦲꦫ꧀ꦒ꧀ꦒ꧇꧒꧐꧐꧐꧇ꦫꦸꦥꦾꦃ


Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota,
menaiki kereta kuda seharga 2000 Rupiah

F. Contoh-Contoh Lainnya

  1. Ibu mencuci baju dengan mesin cuci
    ꦅꦧꦸꦩꦼꦚ꧀ꦕꦸꦕꦶꦧꦗꦸꦝꦼꦔꦤ꧀ꦩꦼꦱꦶꦤ꧀ꦕꦸꦕꦶ
    .
  2. Tulisan ini bagus sekali
    ꦠꦸꦭꦶꦱꦤꦶꦤꦶꦧꦒꦸꦱ꧀ꦱꦼꦏꦭꦶ
    .
  3. Seminar itu dilaksanakan di gedung serba guna
    ꦱꦼꦩꦶꦤꦫꦶꦠꦸꦝꦶꦭꦏ꧀ꦰꦤꦏꦤ꧀ꦝꦶꦒꦼꦝꦸꦁꦱꦼꦫ꧀ꦧ꧀ꦧꦒꦸꦤ
    .
  4. Kemarin aku sempat berkunjung ke rumahnya
    ꦏꦼꦩꦫꦶꦏꦸꦱꦼꦩ꧀ꦥꦠ꧀ꦧꦼꦫ꧀ꦏꦸꦚ꧀ꦗꦸꦁꦏꦼꦫꦸꦩꦃꦚ
    .
  5. Paman membawa oleh oleh dari Semarang
    ꦥꦩꦤ꧀ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦮꦎꦭꦺꦲꦺꦴꦭꦺꦃꦝꦫꦶꦱꦼꦩꦫꦁ
    .
  6. Hari ini kita akan berwisata ke Yogyakarta
    ꦲꦫꦤꦶꦏꦶꦠꦏꦤ꧀ꦧꦼꦫ꧀ꦮꦶꦱꦠꦏꦼꦗꦺꦴꦒ꧀ꦗꦏꦫ꧀ꦡ
Demikianlah penjelasan singkat mengenai Aksara Jawa dengan paugeran aslinya, adapun penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam buku digital (e_book) Niti Aksara Jawa yang telah dipublikasi pada kesempatan yang lalu.



[1] Contoh ejaan lama adalah seperti berikut ini: "Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia".

Rabu, 01 Mei 2019

Aksara Kawi: Cikal Bakal Aksara Daerah di Indonesia


ᩋᨠ᩠ᩇᩁᨠᩅᩥ

Aksara Kawi (ᩋᨠ᩠ᩇᩁᨠᩅᩥ) atau aksara Jawa Kuno merupakan aksara yang pernah digunakan di wilayah tropis Asia Tenggara pada sekitar abad 8 hingga 16 Masehi. Aksara Kawi ini kental sekali penggunaannya di wilayah Jawa dan Bali dan digunakan secara umum di wilayah Indonesia. Namun dari beberapa penemuan prasasti oleh para ahli arkeologi, luasnya penggunaan Aksara sampai wilayah Filipina. Umumnya aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sanskerta dan Jawa kuno. Menurut bahasa Sanskerta, Kawi artinya pujangga, diperkirakan para leluhur pada zaman dahulu suka membuat syair atau puisi - puisi yang indah dan juga pepatah - pepatah bijak.

Dalam perkembangannya, Aksara Kawi ini menjadi cikal bakal dari aksara - aksara tradisional Indonesia seperti Aksara Jawa, Bali, Sunda, dan lain - lain. Aksara Kawi menganut sistem abugida yang ditulis dari kiri ke kanan secara bersambung dan tanpa menggunakan spasi (scripto continua). Setiap hurufnya mencerminkan sebuah suku kata dengan vokal "a" yang dapat diubah dengan penggunaan tanda baca. Aksara Kawi memiliki sekitar 47 huruf.

Di dalam Aksara Kawi terdapat tanda baca semacam sandhangan (ꦱꦤ꧀ꦢꦔꦤ꧀) pada Aksara Jawa, yang mengubah suara vokal "a" menjadi vokal yang lain (layaknya harakat pada Abjad Hijaiyyah Arab) dan menambahkan konsonan akhir. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama - sama, namun tidak semua kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian - bagian teks.

Penulisan Aksara Kawi diharuskan memberi spasi sedikit lebar karena digunakan untuk menulis tumpukan konsonan, setara dengan pasangan dalam Aksara Jawa dan pangangge dalam Aksara Bali. Namun beberapa model Aksara Kawi ditemukan tidak menggunakan pasangan dalam penulisannya, seperti pada prasasti Candi Sukuh Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.

A. Aksårå Nglêgênå (ᩋᨠ᩠ᩇᩁᨦ᩠ᩃᩧᨣᩧᨶ)

Aksara Nglegena artinya aksara - aksara yang masih sendiri, tidak berpakaian, atau tidak memiliki sandhangan.

Pada Aksara Kawi, semua huruf tergolong dalam nglegena dan tidak mengenal aksara murda atau yang biasa dikenal dengan huruf kapital, wujud Aksara Kawi serupa dengan aksara - aksara internasional lainnya, seperti aksara Kanji (Cina & Jepang), Hijaiyyah (Arab), Hangeul (Korea), Russia, dan lain - lainnya. Semua huruf memiliki tempat dan cara pengucapannya sendiri tanpa membeda - bedakan dengan predikat kapital.
᩠ᨠ

ka
᩠ᨡ

kha
᩠ᨣ

ga
᩠ᨥ

gha
᩠ᨦ

nga
᩠ᨧ

ca
᩠ᨨ

cha
᩠ᨩ

ja
᩠ᨫ

jha
᩠ᨬ

ña
᩠ᨳ

ṭa
᩠ᨲ

ṭha
᩠ᨯ

ḍa
᩠ᨭ

ḍha
᩠ᨮ

ṇa
᩠ᨶ

na
᩠ᨴ

ta
᩠ᨵ

tha
᩠ᨰ

da
᩠ᨱ

dha
᩠ᨸ

pa
᩠ᨹ

pha
᩠ᨷ

ba
᩠ᨽ

bha
᩠ᨾ

ma
ᨿ᩠ᨿ

ya
᩠ᩁ

ra
᩠ᩃ

la
᩠ᩅ

wa
᩠ᩆ

sya
᩠ᩇ

ṣa
᩠ᩈ

sa
  ᩛ

  ᩠ᨢ

jña
  ᩠ᨤ

qa
᩠ᩉ

ha
   ᩠ᩃᩧ

   ᩠ᩃᩧᩣ

lêu
Contoh penggunaan Aksara Nglegena dalam sebuah kalimat adalah:
  1. ᨶᨾᩈᨿᩉᨶ = Nama saya Hana
  2. ᨸᨸᨠᨿᩁᨿ = Papa kaya raya
  3. dan lain - lainnya

Menggunakan Pasangan

Pada tabel Aksara Nglegena di atas, ada dua aksara yang ditulis dengan warna hitam dan merah, aksara yang tertulis dengan warna hitam adalah aksara nglegena atau huruf konsonan dasar, dan yang berwarna merah adalah Aksara Pasangan. Karena Aksara Kawi ditulis dengan tanpa menggunakan spasi, dan juga pada pertengahan kata atau kalimat tidak diperkenankan untuk menggunakan virama, semacam sandhangan pangku atau biasa juga disebut pangkon (... ᩠.) yang berfungsi untuk mematikan suara vokal pada huruf konsonan, maka aksara pasangan digunakan untuk menggantikan fungsi daripada virama tersebut. Berikut ilustrasi penggunaan aksara pasangan dalam huruf Kawi;
Contoh Yang SalahContoh Yang Benar
ᨾᨬ

Manja
ᨾᨬ᩠ᨩ

Manja
Contoh penulisan Aksara Nglegena berpadu dengan pasangannya;
  1. ᨷᨸᨠ᩠ᩈᨿ = Bapak saya
  2. ᨸᩉᩃᩉᨾ᩠ᨷ = Pahala hamba
  3. ᨾᩈᨠᨶ᩠ᨾᨾᨾᨶ᩠ᨴᨸ᩠  = Masakan mama mantap
Dan masih banyak lagi contoh lainnya

B. Sandhangan (ᩈᨶ᩠ᨰᨦᨶ᩠ )

Sandhangan (ᩈᨶ᩠ᨰᨦᨶ᩠ ) adalah sejenis aksara yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan tanda baca (atau semacam harokat pada aksara hijaiyyah) yang selalu digunakan bersama dengan aksara dasar. Berikut adalah tabel sandhangan dalam Aksara Kawi

ka


ki


ᩧᩣ

kêu

ku



kai

ko

kau

k

kang

kah
ᩁ᩠ᨠ

rka
᩠ᩁ

kra
᩠ᩁ

kru

krê
᩠ᨿ

kya
Contoh kalimat dengan menggunakan tanda baca / sandhangan
ᨷᩩᨯᩥᨸᩧᩁ᩠ᨣ᩠ᨣᩥᨠᩧᩈᩧᨠᩮᩣᩃᩡᩈᩧᨴ᩠ᨿᨸ᩠ᩉᩁᩥ
Budi pergi ke sekolah setiap hari

C. Aksara Swara (ᩋᨠ᩠ᩇᩁᩈ᩠ᩅᩁ)

Aksara suara/swara (ᩋᨠ᩠ᩇᩁᩈ᩠ᩅᩁ) disebut pula huruf vokal/huruf hidup dalam Aksara Kawi. Fungsi aksara suara sama seperti fungsi huruf vokal dalam aksara Latin, ia dapat berdiri sendiri tanpa adanya huruf konsonan. Berikut ini adalah aksara suara dalam Aksara Kawi:


a


i


i


ī


u


e
ᩋᩧ

ê


o


ai
ᩒᩣ

au
Berikut ini adalah contoh kata yang mengandung Aksara Swara:
ᩃᨴ᩠  = Alatᨠᩮᩣᩁ᩠  = Ekor
ᨠᨶ᩠  = Ikanᩁᩴ = Orang
ᨶ᩠ᨴᩩᨠ᩠  = Untukᩒᩣᩁᨴ᩠  = Aurat

D. Angka

Aksara angka digunakan untuk menunjukkan sebuah bilangan, sama halnya dengan angka pada aksara latin. Dalam Aksara Kawi, sebuah bilangan angka diapit dengan dua tanda titik (᪭) di kiri dan kanannya. Berikut adalah Aksara Angka 1 sampai dengan 0.
᪭᪑᪭

1
᪭᪒᪭

2
᪭᪓᪭

3
᪭᪔᪭

4
᪭᪕᪭

5
᪭᪖᪭

6
᪭᪗᪭

7
᪭᪘᪭

8
᪭᪙᪭

9
᪭᪐᪭

0
Contoh penulisan angka:
᪭᪑᪙᪙᪖᪭
1996
᪭᪒᪐᪑᪙᪭
2019
᪭᪒᪑᪐᪭
210

E. Sekilas Praktek

ᨸᨯᩉᩁᩥᩁᨷᩩᩋᨠᩩᩍᨠᩩᨿᩡᨠᩧᨠᩮᩣᨴ

ᨾᩧᨶᩱᨠᩥᨠᩧᩁᩮᨴᨠᩩᨯᩈᩧᩉᩁ᩠ᨣ᩠ᨣ᪭᪒᪕᪐᪐᪭ᩁᩩᨸ᩠ᨿᩡ

Pada hari Rabu aku ikut ayah ke kota, menaiki kereta kuda seharga 2,500 Rupiah

F. Contoh-Contoh Lainnya

  1. Ibu mencuci baju dengan mesin cuci
    ᩍᨷᩩᨾᩧᨬ᩠ᨧᩩᨧᩥᨷᨩᩩᨯᩧᨦᨶ᩠ᨾᩧᩈᩥᨶ᩠ᨧᩩᨧᩥ
    .
  2. Tulisan ini bagus sekali
    ᨴᩩᩃᩥᩈᨶᩥᨶᩥᨷᨣᩩᩈ᩠ᩈᩧᨠᩃᩥ
    .
  3. Seminar itu dilaksanakan di gedung serba guna
    ᩈᩧᨾᩥᨶᩁᩥᨴᩩᨯᩥᩃᨠ᩠ᩇᨶᨠᨶ᩠ᨯᩥᨣᩧᨯᩩᩴᩈᩧᩁ᩠ᨷ᩠ᨷᨣᩩᨶ
    .
  4. Kemarin aku sempat berkunjung ke rumahnya
    ᨠᩧᨾᩁᩥᨠᩩᩈᩧᨾ᩠ᨸᨴ᩠ᨷᩧᩁ᩠ᨠᩩᨬ᩠ᨩᩩᩴᨠᩧᩁᩩᨾᩡᨬ
    .
  5. Paman membawa oleh - oleh dari Semarang
    ᨸᨾᨶ᩠ᨾᩧᨾ᩠ᨷᩅᩒᩃᩮᩉᩮᩣᩃᩮᩡᨯᩁᩥᩈᩧᨾᩁᩴ
    .
  6. Hari ini kita akan berwisata ke Yogyakarta
    ᩉᩁᨶᩥᨠᩥᨴᨠᨶ᩠ᨷᩧᩁ᩠ᩅᩥᩈᨴᨠᩧᨩᩮᩣᨣ᩠ᨩᨠᩁ᩠ᨵ
Demikianlah penjelasan singkat mengenai Aksara Kawi dan cara membacanya, diskusi dan tanya jawab akan berlanjut pada kolom komentar di bawah ini. Semoga sedikit informasi ini dapat menjadi manfaat yang berguna bagi siapa saja yang membacanya