ꦤꦶꦠꦾꦏ꧀ꦰꦫꦗꦮ
NITI AKSARA JAWA
NITI AKSARA JAWA
Oleh: Setya Amrih Prasaja, S.S
(Guru Bahasa Daerah SMAN 2 Bantul)
(Guru Bahasa Daerah SMAN 2 Bantul)
Tulisan ini berjudul Nityākṣara Jawa, adapun pemberian judul apabila diartikan secara harfiah maka, Niti (ꦤꦶꦠꦶ) artinya pengetahuan, Aksara (ꦄꦏ꧀ꦰꦫ) artinya tulisan. Tulisan ini sedikit banyak akan membahas aksara Jawa mulai dari tata penulisan yang lazim digunakan pada kropak rontal-rontal kakawin maupun kidung Jawa Kuna dengan Aksara Kawi (ᩋᨠ᩠ᩇᩁᨠᩅᩥ), tata penulisan Sriwedari tahun 1926, adapun tata penulisan aksara Jawa hasil Konggres Bahasa Jawa II Malang 1996, dan Keputusan tiga Gubernur, JATENG, DIY, serta JATIM tahun 2002 tidak dibahas dalam tulisan ini.
Tulisan sederhana ini sebagai media untuk memudahkan kita memahami tata penulisan aksara Jawa dari masa lalu sehingga masa sekarang. Mengapa begitu penting untuk diangkat kembali, salah satunya tentu sebagai media pengingat untuk kita bersama, khususnya bagi orang Jawa, bahwa aksara Jawa merupakan bagian yang seharusnya tidak bisa dipisahkan dengan bahasa Jawa. Sebagaimana aksara Kanji dan bahasa China, maupun Jepang, bahasa Arab dengan Hijaiyahnya, dan lain sebagainya. Selain daripada itu, tulisan ini juga sebagai bentuk penghargaan atas berhasilnya aksara Jawa masuk dalam database unicode untuk aksara-aksara sedunia, sehingga dirasa perlu untuk sesering mungkin, atau kalau bisa aksara Jawa mulai kita bangunkan dari mati suri yang berkepanjangan ini.
Dengan terdaftarnya aksara Jawa dalam unicode, maka membuat aksara Jawa bisa dengan leluasa digunakan pada perangkat perangkat digital, seperti PC, Netbook, Tablet, Gadget. Sehingga impian sebagian masyarakat Jawa untuk bisa mengetik aksara Jawa pada perangkat digital mereka semakin mudah, kita bisa menimati sms dengan menggunakan aksara Jawa, bbm dengan aksara Jawa, dan masih banyak lagi.
Dengan mempelajari aksara Jawa dengan seksama, tentunya akan sangat penting untuk menghindarkan carut marutnya penulisan-penulisan bahasa Jawa dalam aksara Latin, seperti yang berserak di kalangan masyarakat Jawa, baik dari kalangan elite, sebagian akademisi, para kaum golongan jurnalis, maupun masyarakat Jawa pada umumnya. Tentu saja hal itu terjadi bagai tak terbendung, karena selama ini bahasa Jawa yang memiliki sistem alphabetik atau aksara sendiri justru lebih menikmati meminjam aksara Latin, ketimbang mencoba untuk tetap memadukan aksaranya sendiri, hal yang tidak pernah akan terjadi pada bahasa Arab dan huruf Hijaiyahnya, China dengan Kanji, bahasa Thai dengan aksara Thai, dan bahasa-bahasa yang hadir dengan sistem alphabetik selain Latin.
Semoga sedikit pengetahuan tentang aksara Jawa ini, bisa membuka pikiran, dan memperluas wacana kita tentang aksara Jawa, yang seharusnya menjadi aksara resmi dari bahasa Jawa.
Dakshina Sagara, akhir tahun 2014
Setya Amrih Prasaja, S.S
--------------------------------------------------
Untuk dapat mempelajari Pengetahuan Aksara Jawa ini, dapat diunduh bukunya berupa e_book melalui tombol di bawah ini
0 Comments:
Posting Komentar